Sabtu, 31 Desember 2011

Siklus Status GPBS

Masuk tahun 2012, tahun terakhir ada menjadi pelajar di SMA Negeri 3 Semarang, dan dipertengahan tahun 2012 nanti bersiap untuk menjadi ALSTE2012 sekaligus Alumni GPBS angkatan 23, yeay! wow, rasanya cepet banget. Kalau flashback, selalu muncul pertanyaan "kok bisa ya ya aku ngelewati itu semua? sangar ya aku". Nggak munafik, rasa bangga pasti terselip di lubuk hati yang paling dalam :D

Nah, sedikit flashback mengenang alur siklus status beserta peran selama menjadi keluarga GPBS♥ 

Tahun Pertama
: Kira-kira tahun 2009, setelah resmi jadi siswi SMA N 3 Semarang dan memilih PMR sebagai ekstrakulikuler, yang menurutku ini adalah pilihan hati♥ Dari yang beranggotakan belasan orang, bertambah dekat sejak bulan oktober 2009 full latihan buat DESANOV (Demo Satu November-HUT SMAGA). Dan hingga akhirnya, sampai disiklus puncak tinggal 11 orang tersisa, terdiri dari 9 cewek dan 2 cowok. Benar-benar tak terduga, sedih juga satu persatu teman harus mengundurkan diri, yah seleksi alam memang lebih kejam dan tangguh! Jujur aja, sebagai adek kelas yang selalu 'menjadi tempat kesalahan', kita selalu mikir enak banget kalau udah jadi kakak kelas, tinggal nyuruh ini itu. Nggak muna, sempet juga bete sama kakak kelas ._. And then, and finally seterah proses-proses regenerasi yang panjang dan butuh perjuangan keras, jadilah 9 orang cewek perkasa GPBS23 pengurus PMR Wira periode 2010/2011. Positive thinking, pantang menyerah, junjung tinggi korsa dan kekeluargaan adalah point utama untuk bertahan jadi adek kelas :D
(PCAB waktu jadi adek kelas, 26 oktober 2009)
(PAB, Bantir 12-14 Februari 2010)

Tahun Kedua
: Pertengahan menjelang akhir 2010, akhirnyaaa bertenggerlah slayer kuning dengan pita merah dan coklat di pundak Sembilan cewek tangguh GPBS23, dengan begitu resmilah kami jadi seorang kakak kelas. Kakak kelas! Ya! Peran yang dulu sangat kami anggap enteng dan menyenangkan itu. Dan ternyataa kami salah! Jadi kakak kelas itu sangat teramat nggak gampang! Fyuuuh, Bulan-bulan pertama udah kerasa kepayahan, ternyata sangat teramat capek. Butuh tenaga, otak-pikiran, dan waktu ekstra. Harus mikir ini itu, proker, mikir adek kelas juga. Dan yang utama, tanggungjawab lebih besar dan berkali-kali lipat! Dan disaat inilah kami harus mengaplikasikan ilmu-ilmu dari kakak kelas kami dulu, ternyata nggak sia-sia (thanks kakak-kakak GPBS22 :* ) Proker bulan maret itu PAB, dan di april juga ada GAPRAYA V, butuh kerja keras ekstra bukan? Alhamdulillah, buat GAPRAYA kami ada adek-adek kelas GPBS24 yang udah kerja keras Bantu segala sesuatu soal GAPRAYA, mereka hebat bukan? :D Menjelang akhir tahun pelajaran, kesabaran dan peran sebagai kakak kelas kembali di uji. Haaah, sejujurnya ini bener-bener bikin down, sedih sediih nggak ketulungan ngadepin adek kelas yang satu persatu mengundurkan diri, rasanya gagal jadi kakak kelas :( oke, Life must go on, masih ada 17 adek kelas tangguh GPBS 24 yang siap meneruskan kejayaan GPBS! Woyooo \m/ Waktu jadi kakak kelas inilah aku banyak belajar, belajar buat berdiri terus jalan lagi kalau kita jatuh. Jadi lebih kuat :D
(Proker pokok pertama, PCAB GPBS23 - GPBS24, 25 oktober 2010)

Tahun Ketiga
: 2011! Tahun ini harus lengser, harus istirahat dari tugas ke-PMR-an dan mulai fokus buat UN SNMPTN karna udah kelas XII. Hmmm… dulu awal pegang jabatan dan ngerasain capeknya ngurusin proker pengennya cepet-cepet purna, tapi begitu mau purna hawanya galauu, haha dasar manusia emang nggak pernah puas :’) kangen sama kesibukan, kerjakeras, seneng-senengnya waktu bareng-bareng GPBS23♥ Roda memang harus berputar. Ngeliat GPBS24 punya adek kelas GPBS25, rasanya bangga bangga banget sama dua angkatan dibawahku itu :D Kalo nggak ada mereka, nggak bakal ada penerus buat GPBS kan? *peluk mereka semuaa* Sekarang, berusaha buat jadi ‘calon alumni’ yang baik, nggak lupa kata-katanya Bu Diah (Beliau ini pembina PMR yg baru lho) buat tetep mbimbing adek-adek tercintah♥ :*
(PCAB,24 oktober 2011, naila-ayun-puput with GPBS25)

"Siamo Tutti Fratelli Inter Arma Caritas" :)
 ♥GPBS♥ The Best family from SMAGA

Biar Aku Mengingatmu dalam Diam

Senja menyiratkan jingganya saat Aku menyusuri jalanan ini. Jalanan ini masih sama seperti setahun yang lalu, saat aku melaluinya bersamamu. Ah, lagi-lagi ingatan tentangmu, meskipun aku ragu bahwa kau juga akan mengingatku seperti aku mengingatmu saat ini. 

Mengingatmu, apa itu salah? Mengingatmu adalah salah satu proses saat aku merindukanmu, aku merindukanmu karena aku menyayangimu, dan selalu aku bertanya-tanya apa aku boleh cemburu saat aku melihatmu bersama teman perempuanmu yang lain? Meskipun itu hanya sekilas, meskipun itu hanya dalam jejaring sosial? Apa aku berhak cemburu karena memang kau bukan siapa-siapa? 

Aku mungkin terbiasa sendiri, tapi sejak adanya dirimu itu mengubah sebagian hidupku. Aku terbiasa sendiri, tapi sekarang aku tak bisa biasa tanpa bayanganmu. Aku terbiasa dengan memutar kembali memori tentangmu. Ya bagaimana aku bisa lupa? Bagaimana aku bisa berhenti mengingatmu? Dalam diam, hatiku terus mengeja namamu. Setiap sudut, dimana pun kapanpun, terus menerus membuatku menerawang memutar kembali cerita yang aku lalui bersamamu. Hingga hal sepele seperti hujan dan malam selalu mengingatkanku, dan tak lupa aku menebak dalam hati apakah kau juga mengingat semua itu. Apakah kau masih ingat saat kau menatap dan menelaah mataku? Perhatian-perhatian yang kau berikan dulu itu meloncat-loncat berlarian dalam otakku. Semuanya masih tentangmu. 

Mungkin aku yang bodoh yang mengingatmu, yang merindukanmu, dan menghadapi kenyataan kau bukan siapa-siapa. Dalam diam, hatiku mengeja namamu, dalam diam otakku memutar semua memori tentangmu. Kau boleh anggap aku lancang, aku hanya ingin memeluk hatimu, memeluknya dengan hatiku, menggenggamnya dalam rinduku, masih dalam kebisuanku tentu saja. Kau terlalu baik. Sungguh. Aku tak punya alasan kenapa aku bisa mengagumimu, selalu mengingatmu, bahkan merindukanmu. Semua mengalir begitu saja. Aku yang terbiasa dengan bayanganmu, dengan ingatan-ingatan tentangmu. 

Anggap saja aku satu dari seribu yang mengagumimu, yang tak memiliki alasan kenapa aku menyayangimu, yang seharusnya tak berhak merindukanmu. Biarlah aku memelukmu dalam diam, karena aku tak mampu menatapmu, karena aku tak tahu harus bagaimana merangkai kata untuk berdialog denganmu, karena hanya detak jantung ini yang mampu mengeja namamu, biar aku mengingatmu dalam diamku.